Proses Memudar dan Lenyapnya Ajaran Sang Buddha
Berikut ini adalah jawaban atas pertanyaan YA Sariputta : Pada Suatu hari ketika Sang Buddha Gotama sedang berdiam di hutan Banyan di Kapilavatthu, YA Sariputta mendekati dan bertanya tentang Buddha berikutnya. Kemudian Sang Buddha menyatakan :
“Masa dunia kita ini adalah masa yang istimewa, telah muncul tiga pemimpin dunia, yaitu : Buddha Kakusandha, Buddha Konagamana, Buddha Kasappa. Aku sekarang adalah Sammasambuddha. Dan akan muncul juga Buddha Metteya sebelum masa dunia berakhir. Sammasambuddha ini namanya Metteya, Pemimpin Dunia.”
Sang Buddha kemudian meneruskan penjelasan tentang bagaimana proses kejadiannya :“ Setelah Aku Parinibbana, akan ada terlebih dahulu lima kelenyapan. Apakah lima kelenyapan itu?
1. Lenyapnya pencapaian tingkat kesucian (masih dalam era buddha Gotama)
2. Lenyapnya pelaksanaan benar
3. Lenyapnya Ajaran
4. Lenyapnya simbol / bentuk luar
5. Lenyapnya Relik
Inilah lima kelenyapan yang akan terjadi”
“ Di sini, pencapaian berarti bahwa hanya selama seribu tahun setelah Aku Parinibbana, para bhikkhu masih dapat mencapai Pengetahuan Analitis (Patisambhida)atau tingkat Arahat. Sejalan dengan waktu, para siswaKu adalah Anagami, Sakadagami dan Sotapana. Tingkat pencapaian ini tidak akan lenyap sampai pencapaian Sotapana terakhir meninggal. Setelah itu pencapaian tingkat kesucianpun turut lenyap.
- ” Inilah Sariputta, lenyapnya pencapaian tingkat kesucian.”
“ Lenyapnya pelaksanaan benar berarti bahwa : tidak mampu mencapai jhana, pandangan terang, Jalan dan Buah (Magga dan Phala), mereka hanya menjaga empat kemurnian perilaku (catuparisuddhi sila), yaitu : patimokkha-samvara-sila (sila kebhikkhuan), indriya-samvara-sila (yang berhubungan dengan indera), ajiva-parisudhi-sila (kemurnian penghidupan), paccaya-sannissita-sila (yang berhubungan dengan empat kebutuhan pokok).
“ Seiring dengan jalannya waktu mereka hanya akan menjaga empat pelanggaran berat (parajika) : menahan diri dari hubungan seksual, mencuri, membunuh, menyatakan diri telah mencapai tingkat kesucian.”
“ Selama masih ada ratusan atau ribuan bhikkhu yang menjaga dan mengingat empat pelanggaran berat maka pelaksanaan benar belum lenyap. Dengan terjadinya pelanggaran berat oleh bhikkhu terakhir atau dengan meninggalnya bhikkhu tersebut maka pelaksanaan benar juga turut lenyap.”
- “ Inilah Sariputta lenyapnya pelaksanaan benar.”
“ Lenyapnya Ajaran berarti bahwa selama teks Tipitaka : Vinaya, Sutta dan Abhidhamma yang merangkum kata-kata Sang Buddha masih tersedia, maka Ajaran Belum lenyap. Seiring dengan waktu akan muncul raja-raja / pemimpin negara yang bukan pelaksana dhamma, pejabat-pejabat di pemerintahan juga bukan manusia dhamma, dan akibatnya warga negaranya juga mengikuti. Karena itulah hujan tidak turun sebagaimana mestinya, akan ada gagal panen, kelangkaan bahan makanan, dan akibatnya masyarakat tidak mampu lagi menyediakan kebutuhan pokok untuk para bhikkhu. Akhirnya para bhikkhu tidak lagi menerima anggota baru, tidak ada lagi orang masuk Sangha. Ajaran secara perlahan lenyap. Dalam prosesnya , Abhidhamma dahulu yang pertama lenyap, dimulai dengan Patthana, Yamaka, Katha-vatthu, Pugala-pannatti, Dhatu-katha, dan seterusnya. Setelah Abhidhamma lenyap, maka Sutta Pitaka juga turut lenyap. Pertama Anguttara Nikaya lenyap, kemudian Samyuta Nikaya, Majima Nikaya, Digha Nikaya,dan seterusnya. Hanya tinggal Kisah Jataka dan Vinaya Pitaka. Hanya Bhikkhu yang teliti yang akan mengingat Vinaya Pitaka. Kemudian Jataka juga lenyap, pertama Vessantara Jataka, kemudian Apannaka Jataka, demikian seterusnya sampai seluruh Jataka terlupakan. Kemudian hanya Vinaya Pitaka yang di ingat. Seiring berjalannya waktu Vinaya Pitaka juga akhirnya lenyap. Selama empat bait syair Dhamma masih ada diantara manusia, maka Ajaran belum lenyap. Ketika raja yang memiliki keyakinan dalam dhamma menawarkan satu kantong emas yang diletakkan di punggung gajah, dan menabuh genderang keseluruh kota sampai dua atau tiga kali, dengan mengumumkan : ‘ Barang siapa dapat menyebutkan syair dari Sang Buddha, biarlah ia mendapat seluruh koin emas ini beserta gajah kerajaan ini ‘ tetapi ketika tiada seorangpun yang mengetahui keempat bait syair dhamma tersebut sampai akhirnya kantong koin emas itu harus kembali ke dalam istana lagi maka itulah lenyapnya Ajaran.” (catatan : empat bait itu adalah : tidak berbuat jahat, memperbanyak kebajikan, mensucikan batin. Inilah Ajaran para Buddha).
- “ Inilah Sariputta, lenyapnya Ajaran.”
“ Seiring berjalannya waktu, masing-masing dari para bhikkhu dari angkatan terakhir membawa jubahnya, mangkuknya, dan tusuk gigi, mengambil buah labu botol dan menjadikannya mangkuk untuk meminta makanan, akan berjalan kesana kemari dengan labu tersebut ditangannya atau digantung dengan tali. Seiring dengan waktu, mereka berpikir : ‘ Apa gunanya jubah kuning ini? ’ dan mereka mengguntingnya menjadi potongan-potongan kecil kemudian menempelkannya dihidung, kuping, atau rambut. Mereka berkelana sambil menunjang anak dan istri dengan cara bertani, berdagang dan sejenisnya. Seiring berjalannya waktu, mereka berpikir: ‘ Apa gunanya semua ini? ‘ kemudian setelah membuang potongan jubah kuning, mereka akan mulai memburu binatang dan burung di hutan. Ketika ini terjadi maka symbol / bentuk luar lenyap.”
- “Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya symbol / bentuk luar.”
“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur 5000 tahun. Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap relik. Pada masa itu ketika ajaran berangsur-ansur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat : dari kediaman naga dan alam dewa serta alam brahma, berkumpul di sekitar pohon Bodhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Penerangan Sempurna. Setelah membentuk rupa Buddha, dan melakukan ’keajaiban’ seperti Keajaiban Kembar, kemudian akan mengajarkan dhamma. Tidak akan di temukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari 10.000 sistem dunia berkumpul bersama, untuk mendengarkan dhamma dan ribuan dari mereka akan merealisasi Ajaran. Mereka akan menangis keras dengan berkata: ‘Wahai para dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik 10 Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.’ Dengan terisak mereka berkata: ‘mulai saat itu kita semua dalam kegelapan.’ Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.”
- “ Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik.”
Dengan demikian, dalam jangka waktu 5000 tahun, yaitu kurang dari 2500 tahun lagi terhitung hari ini, Buddhasasana dari era Buddha Gotama akan berakhir, lenyap sama sekali tanpa sisa.
Kemerosotan Moral Dan Semakin Pendeknya Usia Manusia
Hubungan antara keduanya dapat dapat disimak dalam ringkasan kotbah Sang Buddha dalam Cakkavattisihanada Sutta :
“ Wahai raja, rakyatmu yang raja perintah berdasarkan ide dan caramu sendiri yang berbeda dengan cara-cara yang mereka ikuti terdahulu, tidak sukses seperti apa yang mereka biasa capai di masa raja-raja terdahulu yang melaksanakan kewajiban maharaja yang suci …
Karena raja tidak berdana kepada orang-orang miskin maka kemelaratan bertambah… dengan demikian pencurian akan makin mewabah… kekerasan meluas dengan cepat, pembunuhan menjadi biasa.Karena pembunuhan terjadi maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan pada masa itu adalah 80.000 tahun akan tetapi anak-anak mereka hanya 40.000 tahun.
Dengan demikian karena kemelaratan meluas… pembunuhan… hingga berdusta menjadi biasa…usia kehidupan mereka hanya 20.000 tahun. Kemudian kemelaratan meluas… berdusta…hingga memfitnah berkembang… usia kehidupan anak-anak mereka hanya 10.000 tahun. Kemelaratan meluas… memfitnah… berzinah… kata-kata kasar dan membual … iri hati dan dendam berkembang… pandangan sesat… berzinah dengan saudara sendiri, keserakahan, pemuasan nafsu… kurang berbakti pada orang tua, kurang hormat pada samana dan pertapa, serta kurang patuh pada pemimpin masyarakat berkembang dan meluas. Karena hal ini berkembang meluas maka batas usia kehidupan dan kecantikan berkurang, sehingga batas usia kehidupan pada masa itu adalah 250 tahun akan tetapi anak-anak mereka hanya 100 tahun.
…Akan tiba suatu masa ketika keturunan dari manusia itu akan akan mempunyai usia kehidupan hanya 10 tahun… umur 5 tahun bagi wanita merupakan usia perkawinan. Pada masa kehidupan orang-orang ini, makanan seperti padi, susu, mentega, minyak, tila, gula, garam akan lenyap. Bagi mereka biji-bijian kudrusa akan merupakan makanan terbaik… pada masa itu sepuluh macam cara melakukan perbuatan jahat akan berkembang dengan cepat.
…Diantara mereka tidak ada lagi rasa berbakti pada orang tua, tidak ada lagi rasa hormat pada samana dan pertapa, serta tidak ada lagi kepatuhan kepada pimpinan masyarakat… tidak ada lagi pikiran yang membatasi untuk kawin dengan ibu, bibi… dunia diisi oleh cara bersetubuh dengan siapa saja, bagaikan domba, kambing, burung, babi, anjing, serigala.
…Akan tiba suatu masa, yaitu munculnya pedang selama seminggu. Selama masa ini mereka akan melihat individu lain bagaikan binatang liar… dengan pedang mereka saling bunuh.Sementara itu ada orang-orang tertentu berpikir: ‘ sebaiknya kita jangan membunuh atau kita tidak membiarkan orang lain membunuh kita. Marilah kita menyembunyikan diri kedalam belukar… marilah kita berbuat kebajikan-kebajikan.’ Mereka akan berusaha untuk tidak membunuh… karena melaksanakan kebajikan ini maka akibatnya batas usia dan kecantikan mereka bertambah. Bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 10 tahun, akan tetapi batas usia anak-anak mereka mencapai 20 tahun.
…’ Marilah kita berusaha untuk tidak mencuri… tidak berzinah… tidak mengucapkan kata-kata kasar… tidak membual… tidak serakah… tidak membenci… tidak berpandangan sesat… tidak bersetubuh dengan keluarga sendiri… tidak tamak dan tidak memuaskan nafsu. Marilah kita berbakti pada orang tua kita, menghormat pada samana dan pertapa, serta patuh pada pemimpin bangsa.’Karena mereka melaksanakan kebajikan-kebajikan… sehingga bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 20 tahun… anak-anak mereka mencapai 40 tahun… 80 tahun… 4000 tahun… 20.000 tahun… 40.000 tahun… anak-anak mereka mencapai batas usia kehidupan 80.000 tahun…
…Dalam masa kehidupan orang-orang ini, di dunia akan muncul seorang Bhagava Arahat Sammasambuddha bernama Metteya… Dhamma, Kebenaran… akan dibabarkan… kehidupan suci akan dibina dan di paparkan… seperti yang aku lakukan sekarang. Beliau akan diikuti oleh beberapa ribu bhikkhu, seperti Aku sekarang ini.”
Sumber : Majalah Dhammacakka no. 43/XII/Agustus-Oktober 2006